Rabu, 23 Juni 2010

Tentang Orisinalitas

Sepertinya sudah berbagai karya kubuat setidaknya untuk yang kuhargai secara pribadi. Tapi nampaknya tak satu pun yang memiliki orisinalitas yang menampakkan karekter unik yang mencerminkan diriku sendiri.

Keaslian memang menjadi sesuatu yang mahal untuk masa sekarang. Berbagai hal yang kubuat, selalu saja berkaitan dengan respon atas segala sesuatu yang terjadi di sekitarku. Aku lebih cenderung mencari solusi dari suatu masalah yang telah, sedang, atau akan terjadi di masa mendatang.

Entah kapan aku akan menjadi pioneer pada hal-hal tertentu, paling tidak 1 hal saja. Aku berharap berbuat sesuatu yang benar-benar baru, yang menstimulus munculnya permasalahan dan akan disusul oleh proses problem solution yang digalakkan oleh pribadi-pribadi lainnya.

Dalam hal-hal bersifat material alias fisikal, sepertinya aku gagal menjadi pioneer dan lebih berhasil dalam hal mencari solusi-solusi alternatif atas respon masalah yang muncul.

Tapi aku masih punya 1 pembelaan, keaslian atau orisinal penciptaan sebenarnya hanya dimiliki oleh-Nya. Dia-lah yang menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, sesuatu yang bukan merupakan respon atas kejadian atau sesuatu yang ada sebelumnya.

Dan tak ada salahnya bila aku menjadikan-Nya sebagai arah dalam menjalani sisa umur yang masih kumiliki (Aku berharap hidup 1.000 tahun, tanpa harus mengalami kesedihan berkali-kali, berulang-ulang, bertubi-tubi atas kembalinya mereka yang kucintai ke Sang Pencipta). Panjang Umur itu adalah anugerah, tetapi bila berkepanjangan, dia akan disertai dengan kutukan. Mengalami rasa cinta pada orang yang berbeda pada setiap masa. Mereka yang berumur panjang akan menemui masa dimana musuh-musuhnya akan mencapai masa kejayaan, akan menemui masa dimana kekasih-kekasihnya akan mencapai waktu-waktu yang sulit yang menciderakan. Tuhan, aku bersyukur, Engkau adalah sebaik-baiknya pengukur masa, engkau karuniakan anugerah dan bala pada secukup-cukupnya kadar yang mampu ditanggung oleh makhluk yang paling Engkau cintai.

Ah, kembali ke bumi dulu. Mari kita bercerita tentang karya orisinalitas. Nampaknya aku sedang terusik untuk mencoba menulis segala hal yang terlintas dalam benakku di blog ini. Aku pikir itu adalah hal yang sedikit lebih mendekati aspek orisinalitas yang kuidam-idamkan, walau hanya dalam tataran kata-kata yang tertulis saja.

Berpikir atau berkhayal? Tak masalah, keduanya akan tetap memberi efek positif untukku. Bukankah aku memandang segala hal yang eksis didunia adalah sesuatu yang terbaik. Walaupun aku sering mendengar kalimat penyesalan: "akan lebih baik kalau saja begini dan begitu, dan tidak akan terjadi seperti itu bila kau begini dan begitu"

Buatku, segala hal yang terjadi adalah segala sesuatu yang terbaik karena mencukupi syarat-syarat untuk mewujud. Segala hal yang tidak terjadi walaupun dikatakan adalah suatu kondisi yang terbaik tidaklah menjadi hal yang terbaik dalam pandanganku. Bila sesuatu itu tidak terwujud pastilah karena syarat-syarat mewujudnya tidak cukup. Karena tidak cukup, maka aku akan menganggapnya tidak sempurna.

Sebentar....
Terbaik atau sempurna???
Hmmm... nampaknya pandanganku pada 2 terminologi di atas perlu kuperluas, kupertajam, dan kuperdalam. Jangan-jangan aku asyik dalam kekeliruan.

Tapi tak apalah....
Keasyikanku menulis tak boleh terusik atas keraguan atas keyakinanku sendiri....
Aku menyukai dinamika, dan tidak begitu menyukai kemapanan.
Aku menyukai perubahan, tapi apakah aku sering berubah-ubah dalam bersikap?
Aku sering menerima pertanyaan yang kadang kuanggap seperti menuduh atas kedoyananku pada perubahan.
"TIDAK KONSISTEN"
Hehehe... tenang aja, aku punya jurus membela diri tapi tidak terjebak dalam seragam pembelaan diri. Mau Tahu apa jawabanku???
"Apa tanggapanmu atas konsistensi dan mengikuti perkembangan?"
Mereka yang mendengar pertanyaan ini akan langsung terjebak, bahwa dua hal itu adalah hal yang berlawanan yang mesti dihadap-hadapkan face to face, dan lupa pada tuduhan "ketidakkonsistenan" terhadapku.

Konsistensi mereka definisikan sebagai "ketidakberubahan"
sementara
Mengikuti perubahan mereka identikkan dengan "perubahan"

Tapi cukup sampai disitu dulu pembahasanku tentang "konsistensi dan mengikuti perubahan", selain ingin membuatmu penasaran, aku juga sedang mencari ilmu untuk memahami kedua hal itu. Hehehe.... (pembelaan diri lagi atas dangkalnya pemahamanku, berharap itu adalah cara yang terhormat yang dapat kulakukan atas malunya diriku melemparkan wacana yang aku sendiri tidak memahaminya).

Engkau tak perlu memahami apa yang aku tuliskan di blog ini, karena tulisanku ini memang tidak aku dedikasikan untukmu. Aku hanya ingin menulis, menulis, dan menulis... setelah periode membaca yang telah aku jalani beberapa tahun yang lalu dan masih terus berlangsung hingga kini.

Dan aku berharap, bila engkau tak sengaja membaca tulisan ini, berdiskusilah terlebih dahulu dengan akal intelektualmu. Dan bila kehausan sudah mulai menjalari tenggorokan kecerdasanmu, engkau boleh mengajakku meminum secawan arak keilmuan dalam percakapan santai kita dalam memandang hidup ini.

Tak perlu berseteru, karena aku hidup dalam alamku, dan engkau hidup dalam alammu. Yang tak bisa kucegah, bila akalku dan akalmu sengaja bersetubuh di alam yang lebih luas itu pun bila akal kita dalam pancaran yang selaras.

-Zen-
sedang bertugas di phoenixmbs melayani para mitra di siang hari pkl 12:54 dan baru saja memesan makan siang yang dititip ke Ibu Tika, istri tercinta dari adikku Amri.

5 komentar: