Selasa, 03 Agustus 2010

Kesempurnaan

Engkau memujaku karena mengenakan pakaian kebesaran berwarna merah
Engkau mendambaku karena mengenakan mahkota berlian
Dan Engkau mengagumiku karena memegang tongkat gading putih tanpa retakan

Kemudian Engkau berharap bahwa hal yang sama akan juga tampak sempurna di tubuhmu.

Ketahuilah,
Setiap yang terjadi, adalah sempurna sebagaimana adanya.
Engkau tetap sempurna sebagaimana adanya engkau sekarang.

Sang Fakir sempurna dengan kesyukurannya
sebagaimana sempurnanya Sang Hartawan dengan kedermawanannya

Pindah Blog

Sehubungan dengan materi beberapa tulisan yang dianggap bergeser dari jiwa blog ini, maka beberapa tulisan (Mohon Izin, Cahaya di atas cahaya, In The Middle of Sya'ban, dan Munajat), dipindah ke blog yang baru untuk tetap menampakkan keunikan rumpun tulisan masing-masing. Bagi pembaca yang ingin membaca tulisan dengan cita rasa berbeda, silakan kunjungi http://sabdalangitbumi.blogspot.com/

Senin, 26 Juli 2010

Anak Negeriku

Engkau berbahagia,
Lumpur yang engkau mainkan tak menistakanmu

Engkau bersenang-senang,
Debu yang menempel di tubuh kecilmu tak mengotorimu

Engkau menangis,
Air matamu tak berbicara tentang kehormatan

Engkau tertawa
Tawa yang lepas tanpa beban

Bermainlah, karena dunia tidak memusuhimu
Engkau terlalu polos untuk menimbulkan dengki

Akan tiba saatnya engkau harus melepaskan semua itu
Dan berharap engkau akan mengulangi semuanya
Padahal waktu tak lagi bersahabat

Bermainlah, wahai anak negeriku
Karena dengan bermain engkau adalah dirimu yang sejati

Selamat Hari Anak Indonesia.

Sang Pemimpi

Kugantungkan di langit dunia
kutekuman dia terpuruk di perut bumi

kulepaskan panah harapan
Busurku patah menjadi dua

Kuhadapkan wajah pada cermin
Tak jua kutemukan refleksi kesempurnaan

Kukuatkan diri untuk menetapkan hati
Hanya kegamangan yang meliputi

Rasa takut itu mencekamku, mendesak dada hingga mencekik nafas
Semakin kuhirup, semakin hilang kesadaranku

Tubuhku ringkih, hanya pengabdian yang menegakkan punggung
Kearifan tak lagi sejernih dahulu, keserakahan telah menggrogotinya

Disaat hati tercekam
Disaat tubuh tak lagi mampu menopang
Disaat pikiran tak lagi tajam
Disaat lidah kaku kelu tak berkata
Aku terbangun
Ahhh... Aku hanyalah selembar daun muda di pucuk pohon tertiup angin

Kesadaranku pulih, ternyata aku bukan siapa-siapa bagi dunia.
Tapi apakah aku adalah dunia bagi seseorang?

Jumat, 16 Juli 2010

Celaan

Engkau sibuk membuktikan perubahanmu kepadaku...
Padahal aku tidak membutuhkannya
Aku hadir dalam kehidupanmu hanya untuk mencelamu
Setiap kata dari gerakan bibirku hanya untuk mencelamu
Hingga akhirnya, aku bertransformasi menjadi celaan untukmu.

Segala kebaikan yang ada padamu, adalah celaan bagiku untukmu
Segala keburukan yang ada padamu, adalah celaan bagiku untukmu
Tak ada pujian yang tersisa untukmu
Tak ada sanjungan yang kusisihkan untukmu
Karena engkau adalah kebaikan

Untuk apa engkau membiarkan dirimu terganggu dengan celaanku?
Untuk apa engkau membiarkan dirimu terhanyut dengan celaanku?
Untuk apa engkau membiarkan dirimu terpengaruh cengan celaanku?
Untuk apa engkau membiarkan dirimu terusik dengan celaanku?
Padahal celaanku hanyalah pujian dalam rupa yang lain kepadamu...

Berhentilah berubah untukku...
Aku tidak membutuhkannya

Aku adalaah celaan
Celaan yang membuat pujian menjadi jelas...

Wajah dihadapkan, Tangan ditengadahkan

Ketika Matahari diluruskan dan ditegakkan untuk Rumah-Nya
Ketika Umat manusia bersiap-siap
Ketika Wajah dihadapkan
Ketika Tangan ditengadahkan

Amatilah tanda-tanda alam
Tak diciptakan bintang dalam kesia-siaan
Tak diturunkan ilmu pengetahuan untuk menghancurkan
Kecuali untuk mengarahkan wajah kepada-Nya

Hari ini, matahari mengambil posisinya
Menyampaikan pesan kepada umat manusia
Periksalah arah hadapmu
Luruskan garismu

Rumah yang pertama
Rumah yang terakhir
Rumah yang diberkati
Rumah yang dirindukan

Tanah yang diharamkan
Tanah yang dijanjikan
Tanah yang diberkati
Tanah yang disucikan

Ka'bah di tanah pijakan awal Adam di bumi
Hari ini manusia memperhatikan
Hari ini mengacu kepadamu
Hari ini meluruskan yang tak berarah

Ditulis di hari Matahari ditegakkan dan diluruskan terhadap Baitullah.

Note:
Hari ini, Masjid melakukan tera ulang terhadap arah kiblat.

Rabu, 14 Juli 2010

Pencinta dan Pemuja

Mereka yang mencintai mempersiapkan diri
Untuk menerima segala yang baik dan buruk yang tersemat pada dirimu
Engkau tak perlu menggunakan topeng di hadapan pencintamu

Mereka yang memuja hanya mempersiapkan diri
Untuk menerima segala yang baik yang tersemat pada dirimu
Lalu menutup mata terhadap segala yang buruk yang ada padamu, padahal mengetahui
Maka kusarankan kepadamu untuk menggunakan topeng

Berikan pada pencintamu penyerahan diri
Berikan pada pemujamu apa-apa yang mereka inginkan
Cinta dan pujaan telah menggadaikan dirimu

Bila engkau tak ingin menyerahkan diri
dan tak sudi memberikan apa yang mereka inginkan
Engkau seharusnya tak terlahirkan ke dunia ini

Bersamaan dengan kelahiranmu, pada saat itulah dunia memilikimu
Engkau hanya bisa mengubahnya dengan membalikkan keadaan.
Milikilah dunia, dengan itu engkau memiliki kuasa untuk membuang dunia.
Engkau tak bisa membuang dunia bila engkau tak memilikinya

Mereka yang dimiliki oleh dunia, merekalah yang tergadaikan
Mereka yang memiliki dunia, merekalah yang merdeka

Rahasia

Engkau jangan berkata tentang rahasia
Bila telah diketahui oleh seseorang yang sangat engkau percayai

Rahasia itu adalah rahasia, bila hanya engkau yang mengetahuinya
Dan jangan pula engkau memaafkan dirimu dengan mengubahnya menjadi kata "rahasia umum"

Tak seorangpun selain dirimu yang tidak berpotensi mengkhianatimu,
Bahkan tanpa engkau sadari, engkau telah mengkhianati dirimu sendiri.

Maka lepaskanlah beban...
Tak perlu kerahasiaan
Tak pula perlu mengumumkan.

Aku tak perlu lagi menuliskannya lebih jauh...
Karena....
...Aku merahasiakannya....

Awal dan Akhir

Aku merampungkan timur dan barat dalam genggaman
Aku merampungkan kebaikan dan keburukan dalam perbuatan
Aku merampungkan kedermawanan dan kekikiran dalam sifat
Aku merampungkan kenekatan dan kepengecutan dalam keberanian

Timur kuterbitkan ketika harapan kumunculkan
Barat kuterbenamkan ketika harapan kuistirahatkan dalam kesenyapan malam
Kedermawanan kusebarkan ketika pertolongan banyak dibutuhkan
Kekikiran kupegang erat ketika kebaikan telah dianggap sebagai kewajiban

Engkau bisa menemukanku sebagai sosok yang memahamimu
Tetapi engkau akan sangat merana saat engkau memintaku untuk memahamimu
Karena engkau mendapatiku sangat tidak mempedulikanmu.

Engkau bisa menemukanku sebagai sosok yang mengabulkan segala harapanmu
Tetapi engkau akan sangat menderita saat engkau mengandalkanku
Karena engkau mendapatiku telah menghancurkan segala harapanmu.

Aku bukanlah sebagaimana yang engkau inginkan
Dan engkau sama sekali tak mempengaruhi tujuan perjalanan kehidupanku

Bersandarlah pada tempat yang kokoh,
Bukan kepadaku, tetapi kepada dirimu sendiri.
Engkau hanya akan bersandar pada dirimu sendiri setelah engkau yakin engkau telah cukup kuat untuk menopang segala beban kehidupan.
Aku akan membantumu untuk menguatkan diri, karena dalam kekuatan dirimu, aku menemukan pula kekuatan diriku. Kita tidak akan saling bersandar tetapi kita akan bersama-sama dalam kemuliaan dan kebaikan yang terhormat.

Munajatlah...

Aku memang pemilik pusaka rezeki,
Tetapi Aku tidak membagikannya dengan pilih kasih
Engkau harus datang menjemputnya dengan cara-cara yang baik.

Aku memang pemilik sang waktu,
Tetapi aku tidak menetapkannya dengan kezaliman
Engkau akan memiliki usia yang panjang dengan memelihara dirimu.

Aku memang Sang Kehendak
Tetapi dengan Do'a mu
Aku bisa mengubah apapun...

Berdo'alah
Rezekimu akan kuluaskan
Usiamu akan kupanjangkan
Kehidupanmu akan kumudahkan
Dan engkau akan kembali kepadaKu dengan sebaik-baiknya penerimaan dariKu.

Kebaikan Hati

Berapa banyak kebaikan hati yang disalahpahami?
Berapa banyak niat baik berakhir dengan situasi buruk?

Berapa banyak kebaikan hati yang pada akhirnya dituntut oleh yang menerimanya?
Seolah-olah sipemilik kebaikan hati memiliki kewajiban untuk selalu berbaik hati kepadanya.

Ingatlah, kebaikan hati itu adalah kemurahan pemiliknya
Diberikan kepada siapa saja yang diinginkannya...
Sekali lagi bukan sebagai kewajiban, tapi benar-benar sebagai kemurahan hati yang diberikan dengan cuma-cuma.

Mereka yang menerimanya, tidak mengetahui kedirian mereka
Menganggap bahwa setiap mereka menerima kebaikan hati orang lain disebabkan oleh kemuliaan yang ada pada dirinya.
Sungguh naif...

Tidakkah kamu sadar?
Bahwa kebaikan hati orang lain terhadapmu, justru karena melihat sedemikian banyaknya kelemahan yang ada padamu.
Tidakkah kamu mengerti?
Bahwa kebaikan hati orang lain terhadapmu, justru karena melihat lemahnya akal yang engkau miliki.

Kemurahan hati tidak diberikan kepada orang-orang yang mulia,
Karena orang yang mulia tidaklah membutuhkan kebaikan hati orang lain.
Orang-orang yang mulialah yang sesungguhnya si pemilik kemurahan hati itu.
Bagaimana mungkin engkau menyiramkan air ke dalam lautan lalu berharap bahwa lautan itu akan basah dengan siramanmu?

Sadarlah...
Semakin banyak engkau menerima kebaikan hati dari orang lain, maka waspadalah...
Sesungguhnya telah tampak sedemikian banyak kelemahan pada dirimu.

Engkau mengganggap dirimu mulia karena banyak yang peduli padamu...
Padahal kepedulian datang hanya kepada orang-orang yang menderita kemalangan.
Apakah kemalanganmu engkau anggap sebagai kemuliaan?

Dan ketika kebaikan dan kemurahan hati itu dicerabut dari dirimu,
Engkau sibuk menyalahkan orang-orang, sipemilik kebaikan hati telah melalaikan kewajibannya terhadapmu. Sejak kapan kebaikan itu hati berubah menjadi kewajiban?

Senin, 05 Juli 2010

Bandung oh Bandung

Akhirnya Bandung udah mulai membenahi jalannya. Beberapa ruas jalan udah mulai dihotmix ulang. Walaupun beberapa ruas jalan lainnya cuma ditambal. Aku berharap, tambalan itu maksudnya untuk mempersiapkan pekerjaan hotmix.

Malu juga, sebagai warga kota bandung sering diledekin, kota bandung adalah kota seribu lubang. Emang sih, beberapa kali ke luar kota (DKI dan Jawa Tengah/Timur), jadi bisa ngerasain perbedaan kondisi jalan raya di kota Bandung dan kota-kota lainnya.

Seperti langit dan bumi...

Jalan di kota-kota di Jawa (Bandung juga jawa koq, cuma istilah ini sering ditujukan ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur), terutama kota besarnya emang mulus abis. Seperti habis disetrika trus ditambahin pelicin. Untung aja belom bisa dipakai bercermin. Kalau bisa dipakai bercermin, alamaaak, aku juga ga bakalan lewat jalan itu. Disamping underware para cewek yang memakai rok bakalan kelihatan, aku juga khawatir terpleset gara-gara asik bergaya di atas jalan raya. :D

Negeri ini memang dipenuhi hal-hal kontradiktif. Pemerintah menyarankan kita membeli bahan bakar nonsubsidi dengan harga yang lebih mahal, tapi jalan ga diperbaiki. Jadi dilema buat masyarakat, alokasi belanja bahan bakar mesti ditambah, tapi hal-hal yang menyebabkan pemborosan bahan bakar tidak diatasi terlebih dahulu. Contohnya ya jalan yang penuh dengan kawah itu.

Jalan yang penuh kawah itu, akan menyebabkan pengguna jalan raya banyak menghabiskan waktunya di jalan. Yang tadinya bisa mengendarai motor dengan kecepatan 60Km/Jam, jadi harus melambat paling banter di 40Km/Jam. Tahukan akibatnya? Tadinya bisa tiba di kantor dalam 1 jam akan berubah menjadi lebih lama. Kurang lebih 1 Jam 30 menit. Berarti sehari kita kehilangan waktu 1 Jam (bolak-balik). Sebulan 30 Jam waktu kita hilang percuma. Kalau ada 3 juta orang dibandung yang kehilangan waktu selama 30 jam per bulan, jadi berapa tuh total waktu terbuang?

Tips: gunakan kalkulator untuk menghitung matematika serderhana di atas.

Bagaimana dengan bahan bakar yang terbuang percuma? bagaimana dengan tingkat stress yang tinggi gara-gara setiap hari berhadapan denga kemacetan. Ya wajar aja, warga kota disebutnya cuek alias ga pendulian ma lingkungannya. Gimana mau peduli ma yang lain, dipikirannya cuma hitungan gimana caranya nyari duit sekedar untuk nutupin biaya bahan bakar.

Pemerintah pasti tahu koq, infrastruktur yang baik akan menunjang peningkatan kemakmuran. Jalan yang baik, akan mempercepat seseorang untuk tiba di kantor dan segera memulai proses produktif mereka. Jalan yang baik, akan mempercepat seseorang untuk tiba di rumah, beristirahat dan bertemu dengan keluarga. Tingkat stress akan berkurang.

Kendaraan Niaga juga akan lebih produktif, disamping akan menghemat bahan bakar, daya/frekuensi angkut juga meningkat.

Tapi, ada tapinya nih....
Jalan sebagus apapun, tapi kalau kendaraan yang menggunakannya udah melebihi daya tampung juga percuma. Panjang jalan di kota Bandung tidak bertambah secara signifikan setiap tahunnya. Tapi jumlah kendaraan terus tumbuh bak jamur di musim hujan. Akan tiba waktunya, kemacetan bukan lagi disebabkan kondisi jalan yang buruk, tapi tidak lagi tersedia ruang bagi kendaraan untuk bergerak di jalan raya. Bahkan motor pun tidak lagi memperoleh ruang yang cukup untuk bermanuver selap-selip di antara mobil.

Solusinya apa dunk?
Menambah panjang jalan udah kecil kemungkinannya. Membuat jalan layang? entah bisa terealisasi berapa tahun lagi. Membatasi umur kendaraan? juga bukan solusi efektif. Mobil tua juga lama-lama habis koq, tapi pertambahan mobil baru justru lebih cepat.

Ada alternatif,
Buat angkutan massal dalam kota. Yang nyaman, aman dan tepat waktu. Supaya orang-orang lebih memilih untuk meninggalkan mobilnya di garasi dan beralih menggunakan angkutan massal. Supaya orang-orang lebih memilih untuk tidak membeli kendaraan lebih dari 1 untuk setiap rumah tangga.

Kapan ya Bandung memiliki sarana angkutan massal Nyaman-Aman-Tepat Waktu.
Mimpi aja kali'

Minggu, 04 Juli 2010

Berhentilah

Kuperingatkan kepadamu untuk berhenti
Mengejar kebijaksanaan di kesunyian goa
Di ketinggian gunung, atau di tengah kelebatan hutan
Engkau tak akan menemukannya selain keterasingan.

Kuperingatkan kepadamu untuk berhenti
Membaca kitab suci dalam kebanggaan
Belajar di madrasah dalam kesombongan
Jiwamu hanya akan semakin kering dalam kerangka tekstual.

Kuperingatkan kepadamu untuk berhenti
Berbicara dalam bahasa yang tak dimengerti
Bertutur dalam kisah yang tak dikenal
Hanya kesia-siaan yang engkau tuai.

Keluarlah...
Dari keterasingan
Dari kebanggaan
Dari kesia-siaan.

Hukum dan Perlindungan

Aku mohon engkau jangan menyerahkanku pada Sang Raja
Ia hanya dapat menghukumku
Sekalipun hukuman yang dia jatuhkan adalah keadilan
Menghukum yang hanya menumbuhkan dendam dalam hatiku.

Aku tahu, engkau sepakat denganku
Sang Raja tak dapat mengubahku
Ia hanya dapat menghukumku
Hukuman yang hanya menjadikan hatiku semakin keras

Aku hanya memohon,
Dalam diam dan kesunyianmu
Engkau memiliki rencana pada diriku
Atas perbuatan yang telah aku lakukan

Aku tahu, engkau tidak akan mempermalukanku,
Tetapi engkau memberikanku kuasa untuk melihat diriku di luar diriku
Diri yang memiliki mata sedemikian tajam dengan rasa yang sedemikian peka
Saat itulah aku malu memandang diriku, tetapi engkau menghiburku.

Engkau menenangkanku bahwa Sang Raja hanya menghukum orang yang jahat,
Sementara engkau melindungi orang yang tersesat.
Apakah sama orang yang jahat dengan orang yang tersesat?
Engkau menuntunku ke jalan yang seharusnya dan menguatkanku untuk mengangkat duri penghalang.

Engkau menyingkirkan awan penghalang
dan membiarkan cahaya matahari merasukiku
Dan engkau memberikanku cermin dan memberitahuku bahwa aku juga adalah cahaya
Cahaya dalam dirikulah yang akan menuntunku ke sebaik-baiknya tempat.

Selasa, 29 Juni 2010

Tembang Kesedihan

Dunia telah memutuskan tali rahim itu
Untukmu kukutipkan satu rintihan
Dari Sayyidatina Fatimah as kepada Ibundanya Sayyidtina Khadijah as
Untuk tabarruk bagi Ibunda:

Aku rela akan kepergiannmu
Namun aku masih terlalu kecil untuk kau tinggalkan
Aku belum mampu tuk berpisah denganmu
Dan berpisah dari kasih sayangmu..
Ku ucapkan terima kasih akan semua keikhlasanmu
Akan jerih payahmu dikala mengandungku
Akan perjuangan hidup matmu saat melahirkanku
Akan setiap tetes air susu yg kau hibahkan kepadaku
Akan deritamu pada setiap luka dilubuk hatiku..
Ya…Ummah…
Baktiku padamu belum sempat aku abdikan
Taatku padamu belum sempat aku laksanakan
Belaian apa yang dapat menentramkan jasadmu…?
Kebahagian apa yang dapat aku berikan selain doa…?
Ya….Ummah….
Mohonkanlah kepada Allah Swt
Agar aku mampu mengatasi kegetiran hidupku ini
Dari kegelisahan akan sirnanya kasih sayangmu
Dari kegoncangan yang menyesakkan dadaku
Dari kehidupan hampa dalam ruang nestapa
Dari selimut duka berbantalkan air mata.

Didedikasikan Untuk
Adikku: Rezsa Yushardiansyah

Kidung Kedukaan

Bunga itu telah gugur
Alam menerima nafasnya dalam kedamaian
Lepas sudah penjara dunia,
Lepas sudah segala kepenatan.

Sehelai daun telah lepas dari tangkainya
Bumi menerima raganya dalam ketenangan
Lepas sudah kekangan materi
Lepas sudah segala kelelahan.

Wahai nafas yang tenang
Engkau sisakan pada kami senyummu
Engkau sisakan pada kami kasih sayangmu
Engkau sisakan pada kami kenangan

Kami tak memiliki apapun untuk menyertaimu
Selain...
Do'a kelapangan untukmu
Do'a penerangan untukmu
Do'a penjagaan untukmu

Selamat jalan wahai ibu yang dimuliakan

didedikasikan untuk
Ibunda Suhartinah

Minggu, 27 Juni 2010

Makanan, bukan KOIN

Engkau tak bisa mewakilkan kemurahanmu pada koin yang engkau gemerincingkan ke tanganku. Karena koinmu memiliki karat kesombongan yang menciderai kemilaunya.

Engkau tak bisa mewakilkan kemurahanmu pada koin yang engkau gemerincingkan ke tanganku. Karena dengan koinmu engkau menghindari kepayahan pelayanan.

Engkau tak bisa mewakilkan kemurahanmu pada koin yang engkau gemerincingkan ke tanganku. Karena dengan koinmu engkau berharap membeli duniaku.

Engkau hanya bisa mewakilkan kemurahanmu, pada nasi yang engkau tanak.
Engkau hanya bisa mewakilkan kemurahanmu, pada air yang engkau jerang.
Engkau hanya bisa mewakilkan kemurahanmu, pada lauk yang engkau kukus.
Karena
Engkau menyajikannya di atas nampan kerendah-hatian untuk melayani.

Engkau bisa membeli dunia dengan koinmu,
Tapi engkau tak bisa membeli kebesaran jiwamu dengan koin.

Dengan koinmu engkau telah membeli kesombongan.
Dengan tanganmu, kebesaran jiwa menjadi milikmu.

Bangunlah, dan kucurkanlah keringat untuk peduli pada saudaramu.

Temukan AKU di antara manusia

Aku tidak meminta persembahan darimu...
Aku hanya meminta kerelaanmu untuk mengusapkan tanganmu di kepala anak tak lagi berayah. Usapanmu akan menyelisipkan perlindungan ke dalam hatinya.

Aku tidak meminta persembahan darimu...
Aku hanya meminta kerendahan-hatimu untuk menurunkan suara di hadapan empunya rahim. Suaramu yang lemah lembut akan memantapkan keyakinannya bahwa engkau masih menyayanginya.

Aku tidak meminta persembahan darimu...
Aku hanya meminta untuk tak mengusik mereka yang bersemayam di sisi kiri dan kananmu. Pengertianmu akan membuat mereka merasa aman dari lisanmu.

Aku tidak meminta persembahan darimu...
Aku hanya meminta untuk merebahkan tubuhmu sesaat
Istirahatmu akan meyakinkan kekuatan raga dan kejernihan pikiranmu untuk memperbaiki keadaan dunia.

Engkau tak perlu menyombongkan diri dengan menghaturkan persembahan untukku
Persembahanmu tak kubutuhkan, karena tidak akan menambah apa yang ada padaku
Penentanganmu tak merisaukanku, karena tidak akan merongrong kekuasaanku.

Tetapi bila engkau melakukan seluruh permintaanku,
Maka sejak nafas pertama hingga nafas terakhirmu adalah persembahan untukku.
Engkau tak perlu menciut dalam ketakutan, karena aku akan melindungimu di saat bintang alam semesta kudekatkan pada ubun-ubunmu.
Dan aku adalah sekuat-kuatnya pelindung...

Engkau tak perlu memuji kemurahanku
Karena segala pujian kembali kepadaku
Akulah pemilik segala pujian.

Kehadiranmu di dunia hanyalah kesia-siaan bila hanya untuk memujaku.
Kebersamaanmu dengan mereka yang berada dalam kemalangan di lorong-lorong sempitlah yang aku rindukan.

Engkau tak akan bisa langsung memujaku, engkau hanya bisa menemukanku di antara manusia. Merekalah kekasihku. Kasihilah kekasihku, maka aku akan mengasihimu dengan kasih yak tak pernah engkau bayangkan.

Surat Tuhan Untukmu

Gelas

Tengah malam membaca memang membuatku mampu menyerap informasi.
Iseng karena kehilangan orientasi, buka-buka halaman profil teman.
Eh, ga tahunya ada yang ketemu cerita tersembunyi.

Sebenarnya sih bukan tersembunyi, aku saja yang tidak peduli untuk menyimak.
Setelah kubaca, antara percaya dan tidak percaya.
Antara percaya dan tidak percaya itu disebut apa ya?
Bimbang atau ragu?

Yang jelas mah, tak kuduga tak kusangka.
Ceria dipermukaan, sedih di dalam. Tapi mudah-mudahan itu masa lalu buatnya.
Kali aja sekarang dah ceria di permukaan, ceria pula di dalam.
Tapi kalau masih seperti yang dulu, wah mesti hati-hati nih...

Gelas kalau lagi oleng, jangan coba-coba disentuh dengan tangan yang lemah,
Itu hanya akan membuatnya terpelanting. Bila tidak retak, pecah adalah keadaan akhirnya.
Gelas yang oleng, hanya boleh dipegang oleh tangan yang kuat. Untuk menenangkannya.
Dan mendudukkannya kembali ke posisi yang tenang dan mantap.

Tapi gelas ini adalah gelas yang hidup,
Gelas yang memiliki kehendak, kenginan, dan harapan,
Gelas yang menghembuskan nafas ketidakpuasan
Gelas ini hanya boleh dipegang bila dia menginginkannya.

-------

Sabtu, 26 Juni 2010

Jangan Salah Paham

gitanjali

Aku harus menyampaikan ini untuk para pembaca, Gitanjali adalah nama blog ini diambil dari Judul Karya Paripurna Rabindranath Tagore.

Segala tulisan yang tercantum di blog ini hanyalah buah pikiranku sendiri. Bila aku mengutip isi dari gitanjali secara lateral, di awal atau di akhir kutipan aku akan menyebutkan Gitanjali sebagai sumber.

Tulisan di blog ini memang berkiblat ke Gitanjali, tetapi jangan salah memahami, bahwa tulisan di blog ini adalah kutipan-kutipan Gitanjali. Tentu saja, engkau akan menurunkan derajat Gitanjali bila engkau menganggap tulisan di blog ini demikian.

Selamat Membaca…

Buka Pintumu

Aku tahu bahwa apa yang aku sampaikan disini tidaklah lebih baik dari apa yang kau pikirkan. Tapi Aku memiliki 1 kekayaan yang tidak engkau miliki. Kedangkalan pikiranku kuberikan ruang untuk menyeruak keluar tercipta dalam rangkaian huruf yang dapat engkau pahami.

Engkau memahaminya sebagai pikiran tanpa makna.

Tapi aku bersyukur, ada engkau menjadi saksi atas dangkalnya pikiranku. Dan aku sungguh kasihan padamu. Indahnya pikiranmu tidak memberikan semburat warna yang menenangkan bagi dunia. Engkau benar-benar serakah. Pikiran berhargamu engkau nikmati sendiri.

Tidakkah engkau sadar? dalam keindahan pikiranmu, ada hakku untuk turut menikmatinya. Dan engkau menahannya. Dirimu bukan lagi milikmu, engkau adalah milik dunia.

Tidakkah engkau sadar, sesaat saat aja engkau membiarkan pikiran ke luar menuju dunia, maka dunia akan menjadi lebih baik. Sesaat saja, dan aku tak meminta selamanya. Sesaat itulah yang menjadikan hidupku selamat selamanya.

Aku memaksamu, hingga engkau, merasa terganggu.
Aku memaksamu, hingga engkau, dengan memandangku, hanya kebencian yang terpancar.
Aku memaksamu, hingga engkau, tak lagi memiliki ruang untuk berlari.
Aku memaksamu, hingga engkau, tak lagi memiliki waktu untuk menunda.

Dan bila engkau tetap bertahan,
Aku akan menunggu, hingga waktu membuatmu tersungkur
Aku akan menunggu, hingga ruang membuatmu terhimpit.

Kebijaksanaan itu adalah milikku,
Ia tidak akan betah berlama-lama di dalam dirimu.
Dan aku yakin, hingga masa nanti di ketinggian bumi
Engkau akan kehilangan kendali atas lisanmu yang menyanyikan lagu kearifan itu
Dan aku mendengarnya di bawah rindangnya pohon kesabaran...

Jumat, 25 Juni 2010

Dekat atau Jauh?

Katanya engkau sangat dekat denganku
Tapi semakin kucari engkau semakin menjauh

Katanya engkau sangat jelas
Tapi semakin kuperhatikan, engkau semakin buram

Apakah aku harus menyerah?
Dan membiarkan diriku dalam keliaran tak berarah?

Apakah disaat penyerahanku, engkau akan datang meraihku?
Apakah disaat aku menjadi liar, engkau akan datang menjinakkanku?

Aku lelah mengejarmu
Padahal engkau tak pernah meninggalkanku

Aku begitu merindukanmu
Padahal engkau tak pernah terpisah dariku sesaatpun

Akalku telah mengering
Lisanku kaku tak lagi fasih

Maafkan aku yang mencoba memahamimu
Maafkan aku yang telah membelenggumu dalam kata

Engkau bukanlah seperti yang kupikirkan
Engkau bukanlah seperti yang kukatakan

Dengan akalku, engkau benar-benar terasing.
Dalam rasaku, aku khawatir, engkau bukanlah engkau

Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Ku salah menduga

Aku kutipkan salah satu puisi Tagore di Gitanjali:

mereka yang dekat denganku tak tahu
bahwa kau lebih dekat denganku
daripada mereka

mereka yang bicara padaku tak tahu
bahwa hatiku penuh dengan kata-kata
yang tak kau ucapkan

mereka yang memenuhi jalanku tak tahu
bahwa aku tengah berjalan
bersamamu saja

mereka yang mencintaiku tak tahu
bahwa cinta mereka
membawamu ke dalam hatiku

...end...

Apa yang kamu rasakan dari puisi di atas?
Bukankah puisi itu bersifat sangat Ilahiyah?

mu (huruf kecil), adalah wakil dari Mu (huruf besar)

Tentu engkau tahu perbedaan keduanya, bila engkau pernah belajar dan memperhatikan saat Guru Bahasa Indonesia menerangkan kaidah-kaidah penulisan Bahasa Indonesia.

Tentu engkau tahu ayat senada dalam Ummul Kitab bila engkau sering membacanya dan memahami maknanya. Paling tidak engkau membaca terjemahan yang dikeluarkan oleh otoritas keagamaan di negeri ini.

Karena itulah aku jatuh cinta pada gitanjali...
Bukunya sudah menghilang dari perbendaharaanku, tapi jiwanya tetap melekat di diriku,
Gitanjali mempengaruhi style tulisannku,
Caraku bertutur,
Way of life yang kuanut,

Andai saja ada yang bermurah hati memberiku kabar kemana aku harus mencari kitab itu di belantara pustaka kota ini...

Kamis, 24 Juni 2010

Penghakiman

Aku peringatkan kepadamu untuk tidak menghakimiku,
Karena aku bukan terdakwa di hadapanmu

Tak setitik pun hak yang tersemat dalam dirimu untuk menghakimi
apa pun dari seluruh sisi kehidupanku.

Tentu saja...
Engkau tak memiliki 3 hal yang menjadi pelindungku dari kecerobohan seorang hakim:
1. Keadilan
2. Kebijaksanaan
3. Kasih Sayang

Keadilanmu sebagai seorang hakim akan menenangkanku bahwa engkau tidak merugikan diriku atas keputusan dan ketetapan yang engkau buat dan juga tidak menganiaya musuh-musuhku sekalipun mereka berada dalam kesesatan, apalagi bila panji kebenaran ada bersama mereka.

Kebijaksanaanmu akan menenangkanku, bahwa engkau akan mampu melihat secara jernih, apakah ketidakpatutan yang telah kuperbuat atas dasar hal yang kuniatkan secara merdeka atau keadaan telah memaksaku untuk keluar dari keluhuran budi.

Kasih Sayang mu akan menenangkanku bahwa bila aku ternyata benar-benar bersalah, engkau akan menjatuhkan hukuman yang seringan-ringanya padaku dan melepaskan diri dari kekakuan kitab para hakim.

Bila engkau tidak memiliki ketiganya, maka aku tidak akan memaafkanmu bila engkau dengan kesembronoanmu mencoba untuk menilai kualitas perbuatanku.

Penghakiman di luar pengadilan, adalah hal yang paling sering terjadi dan sangat sering kusaksikan, meskipun hanya berupa obrolan.

"Dia adalah seorang teman yang baik"
kenapa?
"Kerena dia telah membantuku, disaat aku sedang kesulitan mengurus adikku yang sedang sakit"

Bagiku, penggalan percakapan di atas sudah merupakan suatu penghakiman sepihak.
Penghakiman tidak melulu persoalan siapa yang salah dan siapa yang benar.
Penghakiman juga hadir dalam memisahkan siapa yang berhak atau tidak berhak atas sesuatu.
Penghakiman turut hadir dalam menetapkan batas-batas kepatutan dalam kehidupan.

Tentang penggalan percakapan di atas, aku paling doyan merespon hal-hal seperti itu dengan kalimat-kalimat yang kadang kurasakan sendiri sebagai bentuk kekasaran pekerti yang kumiliki.

"Bila dia tidak membantumu di saat kesulitan, apakah engkau akan mencercanya sebagai orang yang buruk atau jahat?"

Kebaikan bagimu adalah sesuatu yang menguntungkanmu,
Keburukan bagimu adalah sesuatu yang tidak bersesuaian dengan keinginan atau kepentinganmu.

Menjauhlah dari definisi baik dan buruk sebagaimana yang telah kusabdakan di atas (duileh...., Sang Raja telah bersabda).
Bila tidak, engkau benar-benar akan menjadi Hakim yang lalim.

Dalam pandanganku, kebaikan atau keburukan tak perlu disematkan pada seseorang, atau ambillah jalan tengah, predikat seseorang itu baik atau buruk hanya akan murni bila dilontarkan oleh seseorang yang berada diluar kepentingan-kepentingan yang bersinggungan dengan sesiapa yang kita anggap baik atau buruk.

Apakah aku telah dengan lancang mensejajarkan penilaian dengan penghakiman? Entahlah, aku sendiri masih samar dengan batas-batas keduanya. Lalu, bila aku masih samar dengan batas-batasnya, lalu mengapa aku membahasnya?

Ketahuilah wahai pembaca yang budiman,
Aku sangat senang, melemparkan status ketidaktahuanku pada sesuatu dengan membicarakannya dalam percakapan yang memancingmu untuk menggelar segala pengetahuanmu. Aku berharap, menjadi seorang pencuri yang tidak ketahuan.
Setiap hari yang kulakukan adalah mencuri pengetahuan, karena keenggananku untuk diketahui sebagai manusia bodoh.

Maafkan aku, bila sekali lagi aku telah menipumu.

Membela Diri

Ada 1 jenis pembelaan yang sering kulakukan. bisa jadi, karena seringnya aku membela diri, aku menjadi salah satu ahlinya. Hehehe....

Dari hari ke hari, kesan pembelaan diri yang kulakukan dalam seluruh apologia yang kususun, semakin menyamarkan kesan "membela diri" yang memiliki resistensi tinggi terhadap orang yang mendengarnya.

Aku justru mampu menyulap apologia itu menjadi pujian atau sanjungan bagi sang penuduh. Bila sekali waktu aku dituduh berlaku buruk, maka aku akan berkata: " Bila tak ada aku sebagai pelaku keburukan, maka engkau tidak akan tampak sebagai pelaku kebaikan"

Dan, aha... sang penuduh pun terhipnotis, mereka tersanjung dan bersenang-senang dengan pengakuanku yang mendaulat dia sebagai tokoh kebaikan dan menegaskan diriku sendiri sebagai pelaku keburukan. Jangan salahkan aku bila mereka menikmati status ini dan melupakan niat dasarnya untuk memperbaiki perilaku-ku.

Mereka telah terperangkap, bahwa kebaikan hanya bisa dikenali dengan kehadiran keburukan di sisi kebaikan. Karena itulah aku semakin memahami mengapa manusia sangat mudah terperangkap dalam dikotomi segala hal. Karena memang, pen-dikotomi-an adalah metode yang sangat mudah membedakan sesuatu dari sesuatu yang lain.

Dan parahnya, dalam pen-dikotomi-an yang dilakukan, seseorang umumnya menempatkan diri sebagai salah satu kotak di antara kotak-kotak yang mereka ciptakan dalam imajinasinya. Dan AKU adalah salah satu pelakunya. Hehehe...

Soal membela diri, kadang kala aku merasa sebagai pengikut IBLIS -(aku berlindung kepada-Nya dari hal yang demikian)-. Aku teringat dengan teks yang kubaca, bagaimana hebatnya keahlian IBLIS membela diri di hadapan Tuhan.

Bisa dimaklumi, Iblis memang malaikat tertinggi yang jatuh dalam kesesatan, tapi ilmu-nya tetap dalam kadar yang sama. Jangan lupa, gurunya adalah Sang Maha Mengetahui. Keahlian inilah yang digunakan untuk menipu manusia.

Kemampuannya inilah yang menyesatkan manusia dari zaman ke zaman, dan hanya segelintir orang yang mampu meloloskan diri lubang jarum perangkapnya. Dan aku adalah salah satu manusia yang tertipu olehnya. Tapi aku tak akan pernah berputus asa dari pertolongan-Nya, karena aku tahu, Dia-pun tak pernah berputus asa pada harapan murni manusia.

Ketika aku melakukan pembelaan diri, aku bisa merasakan, darahku dipenuhi berbagai pengetahuan untuk melakukan pembenaran atas apa yang aku lakukan. Ketahuilah, saat itu Iblis telah menguasai aliran darahku. Keahliannya telah menjadi keahlianku, kebaikan dan keburukan tiba-tiba saja menjadi samar dalam pandanganku. Aku tak lagi peduli, apakah pembenaran ini menyesatkan atau tidak. Yang aku tahu, aku harus meloloskan diri dari tuduhan (walaupun benar kiranya), bak pengacara kondang dan hebat, dan keluar sebagai pemenang dengan panji kebenaran yang ada di tanganku.

Aku terus menerus mencari cara yang paling jitu untuk membunuh kebiasaanku membela diri. Tapi aku tak pernah menemukannya. Hingga kini yang aku tahu hanyalah kesediaan untuk merendahkan hati "mendengarkan" komentar atau bahkan tuduhan dari mereka yang memiliki mata yang lebih jernih.

Sudah saatnya aku melepaskan gelar "Sipemilik Seribu Jawaban", dan menyegerakan untuk menempa diri di madrasah kebijaksanaan untuk meraih gelar "Sipemilik Seribu Pendengaran".

-Mendengarkan jauh lebih mulia daripada meminta untuk didengarkan-

Sinetron Korea

Masih ingat dengan satu kalimat yang sempat tertera dalam tulisanku sebelumnya di blog ini?
...SUCK ROMANTISME...

Aku memang tidak begitu menyukai hal-hal romantis yang aku saksikan. Romantisme itu membuat geli. Tapi aku tak bisa mengatakan itu adalah sesuatu yang berkonotasi negatif bagi orang lain. Romantisme adalah masalah ekplorasi perasaan. Tentu saja, aku tak memiliki sucuil pun hak untuk mengutak-ngatik perasaan orang lain.

Atau memang aku tak mengizinkan diri, jiwa dan pikiranku untuk terlibat dalam romantisme yang terkepresikan. Tapi izinkan aku untuk mengakui, sebenarnya, romantisme itu ada dalam diriku, hanya saja aku tak mengizinkan alam raya untuk turut menikmatinya. Romantisme itu hanya untuk diriku, dan yang mengetahuinya hanya Dzat Yang Maha Mengetahui. Cukuplah Dia saja yang membuatku tersipu-sipu atas terselipnya romantisme itu dalam labirin jiwaku.

Kesombongan mencegahku untuk mengakuinya pada dunia.

Apakah sekarang engkau sedang bertanya-tanya, mengapa aku membahas tentang romantisme, sementara tulisan ini kuberi judul "sinetron korea".

Tentu saja, penolakan semu yang kulakukan terhadap romantisme mempengaruhi seleraku dalam memilih tontonan. Sinema Elektonik tentu saja adalah salah satu acara yang banyak bertebaran di layar kaca. Aku sebenarnya salah seorang yang gamang dalam hal menyikapi kotak ajaib (TV). Terkadang aku menolak kehadirannya karena banyaknya sampah yang dipertontonkan. Tapi kadang kala kebosanan membuatku menyerah dan menggiringku untuk sesaat duduk atau bahkan berbaring dihadapan kotak ajaib itu dan membiarkan diriku menikmati apa saja yang disajikan.

Dan seperti biasanya, aku akan selalu dan selalu membuat pembelaan untuk memaafkan kelemahan yang ada pada diriku. Dari tumpukan sampah yang dihadirkan, aku masih sempat untuk memilah dan memisahkan sampah-sampah itu, berharap ada yang masih bisa bermanfaat sebagai bekal untuk menjalani kehidupan nyata di luar sana.

Ya, sinetron produksi negeri korea adalah salah satu yang menjadi pilihanku. Itu pun masih kupersempit ke ranah sinetron classic.

Harus kuakui, sinetron produksi mereka lebih kaya makna. Tema-tema yang mereka angkat juga berbobot dalam daya takar yang kumiliki. Sinentron Politik adalah tema yang paling kuminati, tapi bukan berarti aku mencoba untuk menjadi politikus.

Intrik-intrik politik yang disajikan benar-benar kompleks. Dan kadang dalam usia 30 tahun seperti saat ini, aku harus tetap mengakui, masih banyak kejadian-kejadian yang mungkin terjadi tapi tak sempat atau bahkan mungkin tak akan pernah kulakoni secara langsung.

Sinteron-sinteron mereka juga semakin memperkaya pemahamanku terhadap jiwa-jiwa manusia. Seonggok daging dan tulang yang menjadi sangat berharga karena masih terperangkapnya jiwa dalam pakaian raga yang dimiliki.

Aku tak habis pikir, 6 miliar manusia benar-benar diciptakan dengan keunikan masing-masing. Tak seorang pun manusia di barat yang identik dengan manusia di timur. Tak satu pun manusia di selatan yang sama dengan manusia di utara. Dalam kesadaranku yang tak berefek pada keluhuran budi yang kumiliki, aku terkagum-kagum, Sang Creator benar-benar tak pernah kehabisan ide. Dalam penciptaan manusia saja, Dia tak pernah kehabisan ide dalam menetapkan rupa.

Aku bisa membayangkan bagaimana keringnya ide yang kumiliki bila harus membuat karya lebih dari 4 pilihan cadangan saja.

Oh... maafkan aku, aku dengan lancang telah mencoba membandingkan diriku dan diri-Mu. Tapi, aku tetap saja merasa aman karena yang aku ketahui Engkau adalah Sang Pemaaf.

Maafkan aku sekali lagi, rasa aman itu telah menyebabkanku terus menerus mendurhakai-Mu. Aku telah menjebak diriku dalam perangkap yang kubuat sendiri. Benar-benar, kejahilan telah meliputiku.

Kembali ke bumi lagi deh....

Apa dan bagimana pun kuat dan berkualitasnya karya sinetron negeri di luar sana, aku tetap berharap, akan tiba masanya, sinteron-sinetron Indonesia tidak lagi mengikuti selera pasar. Aku tetap yakin, pada waktunya, sinetron-sinetron itulah yang akan membuat perubahan selera pada masyarakat Indonesia.

Oh, iya jadi ingat, beberapa waktu lagi, Indonesia akan merayakan ulang tahun kemerdekaan. Nantikan tulisanku tentang nasionalisme yang kumiliki. Apakah aku masih memilikinya?

Rabu, 23 Juni 2010

Aku suka dengan "KATA" yang tak biasa

Terlalu sering aku menerima pernyataan dari "orang-orang disekitarku" tentang style bahasa yang sering kugunakan dalam percakapan yang sebenarnya akan lebih asyik kalau menggunakan kata yang sudah umum.

note:
"orang-orang disekitarku" -> maafkan aku, aku masih enggan menyebutmu sebagai teman atau sahabat. Hal itu lebih disebabkan oleh ketidaksiapanku bahkan mungkin keenggananku untuk rela berkorban untukmu sebagai salah satu definisi umum dari sahabat. Dan lagi aku juga belum yakin engkau akan beranggapan hal yang sama denganku bila aku menganggapmu sebagai teman atau sahabat. Hahaha... engkau belum tentu rela berkorban untukku.

Lain waktu kita bicarakan tentang pandanganku terhadap persahabatan. Kita kembali ke pembahasan tentang "KATA".

Aku mempunyai seorang guru, yang beliau tidak akan menganggapku sebagai muridnya. Karena aku tidak akan pernah layak menjadi muridnya, tetapi beliau akan selalu layak untuk menjadi guru bagi siapa pun.

Ust. Jalaluddin Rakhmat pernah berkata, dan sekali itu aku telah menjadi seorang pencuri. Pencuri KATA-KATA. Hindari menggunakan kata yang sama bermakna tertentu di dalam 1 kalimat. Maknanya boleh saja sama, tetapi kata yang digunakan baiknya berbeda.

note:
Untung saja aku menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, jadi aku memiliki cukup banyak perbendaharaan kata-kata sinonim. Terima Kasih secara khusus perlu kusampaikan untuk guru Bahasa Indonesia sewaktu masih SMP. Dia memujiku, dan pujian itu mengangkatku pada sorga kebanggaan yang kadang kuanggap sebagai dosa tapi mengasyikkan.

Dan aku membuktikannya berkali-kali, jurus itu memang sakti menarik perhatian kawan bicara. Dan syair yang kutulis juga mampu mengharubirukan bahkan mengaduk-aduk perasaan pembacanya yang kutujukan secara khusus. Tapi tentu saja, syair yang kutulis bukan tentang romantisme cupid. Terlalu bahaya, bisa jadi disalahpahami hasratku menumpahkan kata-kata eksotis dianggap sebagai ungkapan perasaan khusus. SUCK ROMANTISME

Maafkan aku, pembaca syairku, aku telah menipumu. Syair yang kutuliskan sebenarnya bukan untukmu. Tapi itu hanyalah penggambaranku atas kesombongan perbendaharaan kata yang kumiliki, dan kecongkakan atas hasratku untuk memberitahumu bahwa aku mampu membuatmu terharubiru. Aku telah memanfaatkan momen kehidupanmu sebagai wadah semburan kata-kata yang terlalu lama kutahan.

Tetapi engkau tak perlu bersedih, aku memang telah mengakalimu, tapi engkau tak bisa menyangkal bahwa aku telah berhasil menyelipkan secarik kertas kebahagiaan dalam lembaran buku sejarah kehidupanmu. Tidakkah engkau ingin berterima kasih atas ke-brengsek-an yang telah aku lakukan terhadapmu?

eh... bentar. ada interupsi dari ruangan sebelah... dilanjut beberapa saat lagi.
Interupsi berakhir...
Lanjut....

Berbicara soal kata,
Aku tak pernah bisa mengingat kapan aku bisa mengetahui makna suatu
Yang aku ingat hanyalah makna kata-kata itu
Karena aku mengetahui maknanya, maka aku bisa memilih kata yang bisa mewakili makna itu sesuka hatiku. Tapi sayangnya, bagaimanapun sukanya rasa hatiku, hingga kini aku tak bisa melepaskan diri dari penjara keharusan kata-kata yang kugunakan untuk dipahami oleh yang membaca atau mendengarnya.

Ah... menyebalkan.
Interupsi itu membuyarkan jiwa tulisan ini.
Rasanya jadi hampa
Kemana jiwa itu melayang?

Tentang Orisinalitas

Sepertinya sudah berbagai karya kubuat setidaknya untuk yang kuhargai secara pribadi. Tapi nampaknya tak satu pun yang memiliki orisinalitas yang menampakkan karekter unik yang mencerminkan diriku sendiri.

Keaslian memang menjadi sesuatu yang mahal untuk masa sekarang. Berbagai hal yang kubuat, selalu saja berkaitan dengan respon atas segala sesuatu yang terjadi di sekitarku. Aku lebih cenderung mencari solusi dari suatu masalah yang telah, sedang, atau akan terjadi di masa mendatang.

Entah kapan aku akan menjadi pioneer pada hal-hal tertentu, paling tidak 1 hal saja. Aku berharap berbuat sesuatu yang benar-benar baru, yang menstimulus munculnya permasalahan dan akan disusul oleh proses problem solution yang digalakkan oleh pribadi-pribadi lainnya.

Dalam hal-hal bersifat material alias fisikal, sepertinya aku gagal menjadi pioneer dan lebih berhasil dalam hal mencari solusi-solusi alternatif atas respon masalah yang muncul.

Tapi aku masih punya 1 pembelaan, keaslian atau orisinal penciptaan sebenarnya hanya dimiliki oleh-Nya. Dia-lah yang menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, sesuatu yang bukan merupakan respon atas kejadian atau sesuatu yang ada sebelumnya.

Dan tak ada salahnya bila aku menjadikan-Nya sebagai arah dalam menjalani sisa umur yang masih kumiliki (Aku berharap hidup 1.000 tahun, tanpa harus mengalami kesedihan berkali-kali, berulang-ulang, bertubi-tubi atas kembalinya mereka yang kucintai ke Sang Pencipta). Panjang Umur itu adalah anugerah, tetapi bila berkepanjangan, dia akan disertai dengan kutukan. Mengalami rasa cinta pada orang yang berbeda pada setiap masa. Mereka yang berumur panjang akan menemui masa dimana musuh-musuhnya akan mencapai masa kejayaan, akan menemui masa dimana kekasih-kekasihnya akan mencapai waktu-waktu yang sulit yang menciderakan. Tuhan, aku bersyukur, Engkau adalah sebaik-baiknya pengukur masa, engkau karuniakan anugerah dan bala pada secukup-cukupnya kadar yang mampu ditanggung oleh makhluk yang paling Engkau cintai.

Ah, kembali ke bumi dulu. Mari kita bercerita tentang karya orisinalitas. Nampaknya aku sedang terusik untuk mencoba menulis segala hal yang terlintas dalam benakku di blog ini. Aku pikir itu adalah hal yang sedikit lebih mendekati aspek orisinalitas yang kuidam-idamkan, walau hanya dalam tataran kata-kata yang tertulis saja.

Berpikir atau berkhayal? Tak masalah, keduanya akan tetap memberi efek positif untukku. Bukankah aku memandang segala hal yang eksis didunia adalah sesuatu yang terbaik. Walaupun aku sering mendengar kalimat penyesalan: "akan lebih baik kalau saja begini dan begitu, dan tidak akan terjadi seperti itu bila kau begini dan begitu"

Buatku, segala hal yang terjadi adalah segala sesuatu yang terbaik karena mencukupi syarat-syarat untuk mewujud. Segala hal yang tidak terjadi walaupun dikatakan adalah suatu kondisi yang terbaik tidaklah menjadi hal yang terbaik dalam pandanganku. Bila sesuatu itu tidak terwujud pastilah karena syarat-syarat mewujudnya tidak cukup. Karena tidak cukup, maka aku akan menganggapnya tidak sempurna.

Sebentar....
Terbaik atau sempurna???
Hmmm... nampaknya pandanganku pada 2 terminologi di atas perlu kuperluas, kupertajam, dan kuperdalam. Jangan-jangan aku asyik dalam kekeliruan.

Tapi tak apalah....
Keasyikanku menulis tak boleh terusik atas keraguan atas keyakinanku sendiri....
Aku menyukai dinamika, dan tidak begitu menyukai kemapanan.
Aku menyukai perubahan, tapi apakah aku sering berubah-ubah dalam bersikap?
Aku sering menerima pertanyaan yang kadang kuanggap seperti menuduh atas kedoyananku pada perubahan.
"TIDAK KONSISTEN"
Hehehe... tenang aja, aku punya jurus membela diri tapi tidak terjebak dalam seragam pembelaan diri. Mau Tahu apa jawabanku???
"Apa tanggapanmu atas konsistensi dan mengikuti perkembangan?"
Mereka yang mendengar pertanyaan ini akan langsung terjebak, bahwa dua hal itu adalah hal yang berlawanan yang mesti dihadap-hadapkan face to face, dan lupa pada tuduhan "ketidakkonsistenan" terhadapku.

Konsistensi mereka definisikan sebagai "ketidakberubahan"
sementara
Mengikuti perubahan mereka identikkan dengan "perubahan"

Tapi cukup sampai disitu dulu pembahasanku tentang "konsistensi dan mengikuti perubahan", selain ingin membuatmu penasaran, aku juga sedang mencari ilmu untuk memahami kedua hal itu. Hehehe.... (pembelaan diri lagi atas dangkalnya pemahamanku, berharap itu adalah cara yang terhormat yang dapat kulakukan atas malunya diriku melemparkan wacana yang aku sendiri tidak memahaminya).

Engkau tak perlu memahami apa yang aku tuliskan di blog ini, karena tulisanku ini memang tidak aku dedikasikan untukmu. Aku hanya ingin menulis, menulis, dan menulis... setelah periode membaca yang telah aku jalani beberapa tahun yang lalu dan masih terus berlangsung hingga kini.

Dan aku berharap, bila engkau tak sengaja membaca tulisan ini, berdiskusilah terlebih dahulu dengan akal intelektualmu. Dan bila kehausan sudah mulai menjalari tenggorokan kecerdasanmu, engkau boleh mengajakku meminum secawan arak keilmuan dalam percakapan santai kita dalam memandang hidup ini.

Tak perlu berseteru, karena aku hidup dalam alamku, dan engkau hidup dalam alammu. Yang tak bisa kucegah, bila akalku dan akalmu sengaja bersetubuh di alam yang lebih luas itu pun bila akal kita dalam pancaran yang selaras.

-Zen-
sedang bertugas di phoenixmbs melayani para mitra di siang hari pkl 12:54 dan baru saja memesan makan siang yang dititip ke Ibu Tika, istri tercinta dari adikku Amri.